Di tanah kita ini, jilat telah menjadi tradisi yang wajib diikuti. Para pembesar tampak menikmati jilatan sebagai peneguh eksistensi dirinya. Semakin dijilat, semakin ia bersuka ria.
Aksi jilat ini terus berantai dan sambung menyambung. Seperti anak tangga; dari bawah ke atas, ke atas lagi, atas lagi, lagi…terus menerus sampai ke puncak.
Di puncak sana, jilatan pun menumpuk mengikut tubuh penjilat yang terus membungkuk, sementara para pembesar tetap berdiri tegak.
Akhirnya muncul kesadaran bahwa kecerdasan yang kamu miliki hanya menjadi pintu, sementara jilatan adalah kunci. Kamu boleh memeluk pintu, tapi tanpa kunci, kamu tak akan pernah bisa masuk.
Untuk bisa masuk ke dalam, kamu harus menjilat pantat pembesar. Jika tidak, kamu akan tetap di luar. Jilat adalah kunci kesuksesan di abad ini.
Kecerdasan harus tetap kamu iringi dengan jilatan. Jangan pernah melawan, sebab perlawanan akan membuat harapanmu punah.
Kecuali jika kamu mampu membebaskan diri dari lingkaran mereka dan berdiri di tapak kaki sendiri.
0 Comments