Dengan beberapa pengecualian, kegembiraan petani di musim panen biasanya tidak berlangsung lama. Mereka akan segera berhadapan dengan persoalan klasik dan harus membayar biaya perawatan seperti harga pupuk, obatan-obatan dan biaya lainnya yang telah digunakan pada masa tanam.
Tidak sedikit petani kita yang memulai usaha taninya dengan utang, dimulai dari kebutuhan benih sampai upah untuk memanen. Hampir semua kebutuhan di masa tanam bergantung pada utang.
Ketika panen tiba, mereka memang merasakan kegembiraan untuk beberapa waktu. Mereka gembira karena bisa membayar utang-utangnya. Mereka juga gembira telah memiliki sedikit stok makanan untuk beberapa bulan ke depan.
Dalam tulisan singkat ini, saya tidak memiliki cukup waktu untuk menghadirkan data secara detail terkait kondisi petani kita. Tapi, secara umum, petani kita memang belum sejahtera. Bahkan, ramai petani yang sama sekali tidak memiliki lahan pribadi sehingga harus menyewa lahan dari pihak lain.
Sebagian besar petani kita masih berstatus sebagai buruh tani dan belum meningkat ke taraf pengusaha tani yang benar-benar mandiri dengan usahanya.
Selain itu, berbeda dengan pedagang yang bisa menentukan sendiri harga jual bagi barang dagangannya, petani justru tidak memiliki kewenangan atas harga dari hasil produksinya sehingga selamanya mereka harus tunduk pada kehendak pasar (pembeli).
Melihat kondisi ini, tampaknya kejayaan petani kita masih jauh. Bukan tidak mungkin selamanya mereka akan menyandang status sebagai buruh tani. Dan, kegembiraan musim panen hanya menjadi hiburan sementara untuk kemudian kembali dalam kepedihan.
0 Comments