Para pengamat politik medsos ini terlihat pantang menyerah dan cukup bersemangat dalam melakukan analisis peta politik nasional, khususnya terkait kontestasi capres-cawapres. Para pengamat politik medsos tampak cukup serius dalam mengajukan argumen yang diyakininya sebagai benar. Uniknya lagi, semakin hari, para pengamat politik medsos ini pun semakin ramai.
Seperti halnya tim sukses capres-cawapres, para pengamat politik medsos ini juga terbelah ke dalam dua kubu politik; Jokowi dan Prabowo. Kenyataan inilah yang kemudian menjadikan para pengamat politik medsos menjadi “sama saja” dengan tim sukses, meskipun mereka tidak pernah mengaku.
Perbedaan antara pengamat politik medsos dengan tim sukses hanya pada argumen dan pola analisis dalam menunjukkan keberpihakan. Pengamat medsos pada umumnya mengedepankan sisi akademis dengan menghadirkan narasi yang seolah-olah ilmiah sehingga mampu memengaruhi sasaran. Sementara para timses, dalam melakukan kampanye seringkali dilandasi oleh emosi sehingga bermuara pada apologi yang terkadang menjijikkan.
Di era media sosial, siapa saja berpeluang untuk memosisikan dirinya sebagai pengamat politik di dunia maya. Lagi pula untuk menjadi seorang pengamat medsos tidak perlu mengikuti uji kompetensi atau tes dari lembaga tertentu. Siapa saja memiliki peluang yang sama tanpa adanya diskriminasi.
Kehadiran para pengamat medsos akan berkonsekwensi pada semakin semaraknya kampanye pilpres di media sosial sekaligus memperlebar perdebatan antarkubu capres-cawapres. Tidak hanya itu, kehadiran pengamat medsos juga akan sangat membantu para tim sukses untuk meminjam argumen mereka sebagai bahan kampanye.
0 Comments