Saya diajak oleh seorang teman, Mukhlis Aminullah, untuk berkunjung ke sana. Kami berangkat ke lokasi pada sekira pukul 16.00 WIB dan tiba di sana hanya dalam waktu 20 menit.
Di taman baca tersebut kami disambut oleh seorang anak muda bersama sejumlah anak-anak yang masih dalam usia sekolah dasar. Ada sekitar 30 orang anak yang terlihat bermain sambil membaca di pekarangan sebuah rumah kecil yang telah disulap menjadi pustaka mini.
Taman baca ini bukan berada di pusat kota, tapi di sebuah desa kecil yang “jauh” dari jalan raya. Suasana khas desa sangat terasa di sini. Jauh dari kebisingan suara kendaraan.
Menurut informasi, taman baca ini dikelola secara mandiri oleh Rifqi Maulana bersama kawan-kawannya. Dari penuturan Rifqi, taman baca ini sudah aktif sejak tiga tahun lalu. Secara umum, anggota pustaka didominasi oleh murid-murid sekolah dasar yang menetap di Desa Juli Paseh. Ada juga beberapa anggota yang sedang menempuh pendidikan di SMP dan SMA.
Taman baca ini didirikan dengan bermodal semangat yang berasal dari beberapa anak muda, di antaranya Rifqi. Pemuda ini, bersama beberapa temannya, menghabiskan waktu di taman baca ini bersama anak-anak. Untuk pembiayaan seperti kebutuhan membeli buku, menurut Rifqi, didapatkan dari sumbangan sukarela beberapa masyarakat yang memiliki perhatian terhadap perkembangan literasi.
Setiba di taman baca ini kemarin, saya diminta untuk memberikan motivasi kepada anak-anak. Dalam pertemuan ini, saya mencoba membuka dialog dengan mereka dan memberi semangat agar mereka terus termotivasi membaca. Saya juga meminta beberapa anak untuk menceritakan ulang buku-buku yang sudah dibacanya dengan bahasa mereka sendiri.
Di akhir pertemuan, saya mencoba memotivasi mereka untuk belajar menulis cerita-cerita ringan dalam keseharian mereka. Di antara anak-anak tersebut juga ada yang gemar menulis puisi. Menurut keterangan Rifqi, beberapa puisi karya anak-anak di taman baca ini akan diupayakan untuk diterbitkan.
Sebagai penutup pertemuan dengan anak-anak cerdas ini, teman saya, Mukhlis Aminullah, yang juga Tenaga Ahli Pendamping Desa Kabupaten Bireuen, membacakan beberapa puisi di hadapan anak-anak yang terlihat sangat bersemangat.
Saya melihat apa yang dilakukan Rifqi dan kawan-kawannya ini patut diapresiasi. Mereka adalah pemuda-pemuda ikhlas yang rela mengorbankan waktunya untuk mencerdaskan anak bangsa, tanpa bayaran. Pengorbanan yang luar biasa di tengah hiruk pikuk politik nasional yang menyebalkan!
0 Comments