Untuk menghasilkan tulisan yang rapi dan tidak terlihat centang perenang, seorang penulis harus fokus. Jika tidak, maka tulisan kita akan terbang ke mana-mana sehingga ia pun “hancur lebur.”
Agar fokus, kita harus menetapkan tema tulisan dari awal, sebelum kalimat-kalimat itu kita lahirkan. Pada saat tema sudah ditentukan dan kita sudah yakin dengan tema tersebut, barulah kita mulai menulis pikiran-pikiran abstrak yang tadinya tersusun di kepala menjadi susunan teks yang dapat dilihat dan dibaca.
Biasanya, untuk mengikat titik fokus ini kita memerlukan kerangka tulisan sebagai bingkai yang akan mengurung pikiran agar tidak keluar dari maksud dan tujuan awal. Kerangka tulisan ini bisa berupa kalimat-kalimat pendek atau pun subjudul yang terdiri dari satu atau dua kata. Tidak ada acuan baku untuk membuat kerangka tulisan. Kita bebas membuat kerangka sesuai keinginan kita. Kerangka yang baik adalah kerangka yang mampu membingkai pikiran sehingga kita tidak kehilangan fokus ketika menulis.
Namun demikian, terkadang dalam kondisi tertentu tulisan kita sering berbelok arah meskipun sudah ada kerangka. Kondisi ini adalah wajar saja, sebab otak manusia bukan mesin yang mengikuti algoritme matematis yang “kaku.” Bisa saja pikiran kita berubah di tengah jalan. Hal-hal yang tadinya tidak pernah terpikir bisa saja melintas tiba-tiba di pikiran kita sehingga berdampak pada berbeloknya arah tulisan.
Menghadapi kondisi ini, seorang penulis tidak perlu panik, apalagi harus menyesal. Dalam kondisi tulisan berbelok, kita bisa melakukan tiga pilihan:
Pertama, membiarkan dia berbelok dan terus menulis sampai selesai. Setelah tulisan berbelok itu selesai, kita bisa melakukan finalisasi dengan membuang beberapa bagian yang tidak lagi relevan agar tulisan itu bisa berbelok dengan sempurna. Ketika belokannya sudah sempurna, maka dengan sendirinya tulisan itu tetap terlihat utuh dan fokus. Artinya, kita sudah menghasilkan tulisan baru yang berbeda dari rencana awal.
Kedua, tetap fokus pada kerangka awal yang sudah dibuat dan menghapus semua pikiran yang berbelok. Dalam kenyataannya, pilihan ini menjadi dilematis karena berat bagi kita untuk menghapus pikiran yang sudah kita tulis. Tapi, sebaiknya kebimbangan ini harus dibuang sesegera mungkin. Jika tidak, maka aktivitas menulis kita akan segera “mogok” dan terhenti. Setelah belokan dihapus, kita bisa terus melanjutkan tulisan sesuai tema awal.
Ketiga, berhenti sejenak dan membaca kembali beberapa kalimat yang sudah ditulis. Jika kita menemukan bahwa tulisan tersebut telah terbelah ke dalam dua tema, maka sebaiknya tulisan itu benar-benar dibelah menjadi dua bagian. Dengan kata lain, tulisan yang tadinya bersatu dalam satu dokumen segera dipisahkan menjadi dua tulisan dengan judul dan tema berbeda. Di sini kita boleh memilih, apakah menyempurnakan dulu tulisan yang kita rencanakan awal atau memilih menyelesaikan tulisan kedua yang merupakan hasil belokan dari tulisan pertama. Saya pribadi merekomendasikan pilihan ini untuk menyelamatkan dua tema yang berbeda.
0 Comments