Seperti halnya Pilpres 2014, Pilpres 2019 juga menjadi pilpres paling gaduh pasca Indonesia merdeka. Kegaduhan ini telah dimulai sebelum kampanye pilpres dimulai. Kegaduhan terus berlanjut pada saat kampanye berlangsung. Kegaduhan-kegaduhan dimaksud juga tampak melebar di media sosial.
Uniknya, meskipun pemungutan suara pilpres telah usai dilaksanakan pada 17 April 2017, namun kegaduhan demi kegaduhan belum juga berhenti dan bahkan bertambah parah. Indikasi-indikasi kecurangan pun terus disuarakan sehingga menarik perhatian publik.
Kondisi semakin runyam ketika masing-masing pihak melakukan klaim kemenangan. Keadaan juga semakin parah dengan adanya hitung cepat dari beberapa lembaga survei yang “memenangkan” salah satu pasangan capres. Hasil hitung cepat ini kemudian mendapat penolakan dari pasangan capres yang dinyatakan kalah.
KPU selaku penyelenggara juga merilis hasil penghitungan suara melalui situsnya dengan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hitung cepat lembaga survei, di mana pasangan Jokowi-Makruf muncul sebagai pemenang.
Menyikapi hasil tersebut, pasangan Prabowo-Sandi menyatakan menolak hasil Pilpres 2019 dengan dalih adanya indikasi kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif. Tidak hanya itu, kelompok pendukung pasangan ini juga telah menyuarakan People Power untuk menuntut pemilu yang bersih.
Anehnya, wacana People Power ini kemudian melahirkan berbagai penafsiran negatif di kalangan pemerintah dan para pendukung Jokowi-Makruf, di mana gerakan tersebut dimaknai sebagai adanya upaya makar. Akibatnya beberapa tokoh yang diindikasikan melakukan “perlawanan” telah “dilumpuhkan” melalui aksi penangkapan oleh aparat pemerintah dengan sangkaan makar.
Upaya lainnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menyerukan agar masyarakat tidak bergabung dalam aksi People Power 22 Mei 2019. Seruan ini tidak hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah pusat, tetapi juga disambut oleh pemerintah daerah dengan yang mengeluarkan imbauan agar warganya tidak terlibat aksi People Power.
Bagaimana selanjutnya, kita lihat nanti.
0 Comments