Sikap tungang alias kloprip (tuli peluit) atawa kebandelan ekstrem tidak hanya melanda sebagian oknum orang Aceh dan Indonesia di awal-awal pandemi, tapi juga diidap oleh sosok pemimpin dunia semisal Donald Trump, Presiden AS yang terkenal kontroversial itu.
Di awal-awal pandemi Covid-19, ketika Amerika masih aman-aman saja dari wabah, dan wabah itu sedang menghantam China dan sebagian Eropa semisal Italia dan Spanyol, Trump sempat berkelakar bahwa Covid-19 hanyalah flu biasa yang tak perlu direspons terlalu serius.
Bahkan, ketika wabah itu mulai menyebar masuk ke Amerika, Pakwa Trump masih terlihat santai dan kembali membuat lelucon bahwa ia akan segera menurunkan angka korban Covid-19 di Amerika ke titik nol.
Rasa percaya diri berlebihan yang diiringi sikap ulok ini juga membuat Trump seringkali meremehkan masker dan jarak sosial. Bahkan, di panggung-panggung kampanye, Trump tak jarang mengejek saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, yang selalu menggunakan masker di tengah keramaian.
Tapi, seperti kata pepatah, apa yang ditabur itulah yang dituai. Trump adalah salah satu dari sedikit pemimpin dunia yang meremehkan pandemi, bahkan ketika wabah itu telah “meluluhlantakkan” Amerika, negeri yang ia pimpin, di mana virus itu telah menewaskan lebih dari 200.000 orang Amerika dan merusak parah Ekonomi AS.
Akhirnya apa? Pada hari Jumat (2/10) Trump mengumumkam sendiri bahwa dia dan istrinya positif Covid-19. Trump yang sejak awal tungang dan kloprip terpaksa melunak ketika virus itu memasuki tubuhnya. Bahkan dia harus merelakan dirinya dirawat di rumah sakit militer.
Saat hendak dipindahkan ke pusat medis militer, Trump tampak berjalan perlahan dari Gedung Putih menuju helikopter. Kali ini Pakwa Trump terlihat mengenakan masker, benda yang sebelumnya sangat ia benci.
Trump yang saat ini berusia 74 tahun dikabarkan mengalami demam ringan. Dokter Gedung Putih Sean P. Conley juga membenarkan bahwa Trump sedang dirawat dan harus mengonsumsi obat.
Sejumlah sumber seperti dilaporkan Reuters menyebut Trump memiliki risiko tinggi karena faktor usia dan juga berat badannya yang lumayan berisi.
Lalu, apa yang bisa kita simpulkan dari peristiwa yang menimpa Pakwa Trump, pemimpin dunia yang telah sukses merayu Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk berdamai dengan Israel?
Saya sendiri tidak bisa menyimpulkan apa pun. Tapi yang jelas, setungang apa pun kita dalam menantang wabah, akhirnya akan tumbang dan meratap.
Trump adalah contoh paling mutakhir yang merasakan itu. Lantas, masihkah tungangisme ini kita pertahankan?
Ilustrasi: Reuters
0 Comments